Indeks Hubungan Antara Kreativitas Dan Kecerdasan Adalah

Kecerdasan Kreatif (Kreativitas)

Lega umumnya ketika kata "kreativitas" disebut, rata-rata afiliasi manusia berpikir bahwa hal tersebut yaitu milik artis, penulis, ahli sastra, dan musisi. Pandangan tradisional tentang kreativitas seperti itu masih berlaku setakat masa ini. Penekanan ilmiah aktual menunjukkan bahwa kreativitas bukan lagi menjadi milik segelintir bani adam-orang pilihan. Saat ini kreativitas sudah menjadi dunia nan maka itu seluruh manusia bisa berpartisipasi untuknya n domestik setiap kegiatan sehari-tahun. Perlu diketahui, paling tidak ada 3 (tiga) aspek yang menentukan pencapaian penampakan seseorang, ialah

(1) cambuk yang tinggi,

(2) keterampilan dalam bidang yang ditekuni (skills) dan

(3) kreativitas.

Kreativitas yakni sesuatu nan dapat dipelajari dan dikembangkan. Satu hal lagi yang harus diyakini yaitu bahwa semua orang punya potensi kreatif, meskipun tak semua turunan dapat mengembangkan dan menggunakannya secara mumbung (Scott, 1999) Setiap individu punya kapasitas cak bagi melakukannya, bahkan besar perut kita mengijinkan banyak hal berkecukupan di jalur berpikir makmur (Swartz, 1998).

Untuk memulai pembahasan lebih lanjut tentang kreativitas, mari kita simak habis apa yang dikatakan oleh Sydney X. Shore, seorang penyunting berasal trik berjudul "Creativity in Action". "Aku bertambah suka bakal tidak mendefinisikan istilah kreativitas. Pekerjaan mendefinisikan itu nasib baik para ahli mesin, sedangkan kreativitas harus diperbuat kepada orang per sosok ataupun situasi situasi perorangan. la dapat berarti kemampuan melihat, menyadari, merespons, atau kreativitas juga bisa berarti hilangnya ingatan remang atau gagal; hilangnya rasa takut akan segala apa nan dipikirkan orang lain kepada Anda. Detik Anda lamar sebuah definisi adapun kreativitas, sebenarnya Ia sedang mempersunting sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Dengan demikian "creativity is a matter of definition".

"Semua sosok di tanah lapang n kepunyaan potensi kaya", pengenalan Ruth Richard dan McLean Belmont. "Sebagian insan boleh jadi tidak kreatif dalam kehidupan mereka sehari-waktu, doang itu tidak signifikan bahwa mereka tidak dapat menjadi makmur atau bukan mempunyai kemampuan berharta, tegas Amabile.

sifat yang dapat menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif

Tentang sifat nan bisa menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford adalah:

(1) kelancaran maupun fluency, yaitu kemampuan buat menghasilkan banyak gagasan,

(2) keluwesan maupun flexibility, yaitu kemampuan untuk mengembangkan bermacam-macam alternatif pemecahan dan pendekatan terhadap masalah,

(3) keaslian alias originality, ialah kemampuan untuk memutuskan gagasan dengan prinsip-cara genuine ataupun tahir,

(4) presentasi maupun elaboration, yaitu kemampuan bikin menguraikan secara rinci dan sistematis,

(5) formulasi kembali atau redefinition, yaitu kemampuan lakukan melinjo satu persoalan berdasarkan perspektif nan berlainan dengan apa nan mutakadim diketahui maka itu banyak bani adam

1. Asumsi-presumsi Kreativitas

+ Setiap orang n kepunyaan kemampuan kreatif dengan tingkat yang berlainan-selisih. Tidak ada khalayak nan sama sekali enggak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana menyetarafkan kreativitas tersebut.

+ Kreativitas dinyatakan dalam bentuk dagangan-produk kreatif, baik konkret benda alias gagasan. Produk kreatif yakni kriteria puncak bagi menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang. Tinggi rendahnya kualitas karya kreatif seseorang dapat dinilai bersendikan orisinalitas (keaslian) dan kebaruan karya tersebut dan sumbangannya secara konstruktif bikin perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.

+ Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Presumsi ini dikenal ibarat dugaan Stein (presumsi interaksional) atau asumsi Amabile (asumsi sosio-kognitif). Kreativitas berkembang sejalan dengan proses interaksi sosial.

+ Bahwa dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang maupun membendung kronologi daya kreasi. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi kemiripan dan perbedaannya sreg kelompok insan atau antara cucu adam nan satu dengan nan lainnya.

+ Bahwa daya kreasi seseorang lain sedarun dalam kevakuman, melainkan didahului oleh kreativitas orang khalayak yang berkarya sebelumnya. Makara daya kreasi bukanlah selalu berarti membuat sesuatu yang plonco, namun juga dapat didefinisikan seumpama modifikasi atas berbagai rupa gabungan yang lama.

+ Karya makmur enggak lahir cuma karena faktor kebetulan, melainkan melampaui serangkaian proses makmur nan menuntut kecakapan, ketangkasan, dan motivasi yang awet.

2. Tahapan Proses Rani

Tahap-tahapan proses kreatif yang paling dipedulikan luas dewasa ini ialah tahapan rani berusul Wallas, yaitu:

(1) Tahap Anju

Adalah tahap ketika seseorang mengumpulkan deklarasi ataupun data untuk menuntaskan suatu masalah. Puas tahap ini, berbagai kebolehjadian pemecahan terhadap masalah nan dihadapi dicoba. Menurut Bobbi DePotter pada tahap ini adalah waktu untuk mendefinisikan ki kesulitan, tujuan, tantangan/hambatan, serta peluang.

(2) Tahap Inkubasi

Plong tahap ini, proses pemecahan problem "dierami" intern pikiran bawah sadar. Seseorang seakan-akan melupakannya. Tahap ini bisa berlangsung lama (berhari hari sampai bertahun-tahun), tetapi sekali lagi dapat berlangsung singkat (sejumlah menit atau jam), sampai keluih inspirasi atau ide untuk menuntaskan komplikasi. Plong tahap ini "you digest the fact and allow things to stew in your mind", kata DePotter.

(3) Tahap Iluminasi

Ialah tahap dimana inspirasi atau ide untuk membereskan penyakit muncul atau "ideas come bubbling to the surface", tulis Potter. Devito menyebut tahap ini dengan tahap "Eureka"; Kohler melukiskan tahap ini dengan kata "Aha, Erlebnis!"; atau "Now, I Know It" ataupun berarti "Oh, Ini beliau!".

(4) Tahap Verifikasi

Adalah tahap mengevaluasi secara peka dan menghadapkannya kepada realitas inspirasi atau gagasan yang telah muncul. Pada tahap inilah, saatnya memutuskan kalau solusi itu sopan-bersusila dapat menuntaskan kelainan

(5) Tahap Tuntutan

Yaitu tahap untuk mencekit langkah-langkah bakal mengikuti solusi.

3. Kepribadian Orang Berlambak

Pervin mendefinisikan kepribadian kreatif sebagai "personality represents those characteristics of the person or of the people generally that account for consistent patterns of behavior". Dengan demikian kerumahtanggaan konteks ini dapat ditunjukkan dengan pertama, konsep-konsep karakter harus didefinisikan dengan definisi yang mengijinkan para psikolog cak bagi menyetujui pendirian-cara mengintai dan menakar perilaku; kedua, karakter dikarakterisasi regularitas-regularitas fungsi pribadi sebagaimana juga regularitas-regularitas yang sekufu dari khalayak ke manusia; ketiga, kepribadian mencaplok baik khasiat seseorang nan bertambah stabil ataupun aspek-aspek fungsi seseorang nan tidak berubah; keempat, kepribadian mencakup kognisi (proses berpikir), afeksi (emosi), dan juga perilaku lahir (overt behavior).

Ciri-ciri bani adam kreatif dapat dibedakan ke n domestik ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ke dalam ciri kognitif termasuk 4 ciri berpikir kreatif yaitu keaslian, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Tentatif itu yang teragendakan ciri non-kognitif ialah: (a) longo terhadap camar duka hijau dan luar biasa, (b) plastis n domestik berpikir dalam-dalam dan bertindak, (c) bebas dalam memformulasikan diri. (d) dapat mengapresiasi fantasi, (e) berminat plong kegiatan kegiatan kreatif, (f) berkepastian pada gagasan seorang, dan (g) mandiri.

Bobbi DePotter dalam bukunya "Quantum Learning mengemukakan bahwa karakteristik orang ki berjebah itu adalah (a) memiliki rasa mau tahu (couriosity) nan hierarki, (b) eksperimental, (c) suka petualangan, (d) memiliki rasa bermain (playful), dan (e) naluriah

Dedi Supriadi bahkan sudah mampu mengidentifikasi 24 ciri khuluk kreatif, yaitu:

1. terbuka terhadap asam garam baru,

2. fleksibel kerumahtanggaan berpikir dan merespons,

3. bebas dalam menyatakan pendapat dan pikiran,

4. menghargai fantasi,

5. tertarik plong kegiatan-kegiatan kreatif,

6. mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang bukan,

7. n kepunyaan rasa ingin tahu yang lautan,

8. toleran terhadap perbedaan pendapat dan peristiwa nan lain tentu,

9. menjumut risiko yang diperhitungkan,

10. percaya diri dan mandiri,

11. memiliki bahara jawab dan komitmen terhadap

12. tekun dan tidak mudah bosan, tugas,

13. tidak kehabisan akal dalam memecahkan persoalan,

14. rani akan inisiatif,

15. peka terhadap keadaan lingkungan,

16. makin berorientasi pada masa kini dan masa depan

17. memiliki citra diri yang nyata dan stabilitas emosi,

18. terpikat pada hal-keadaan yang berwatak tanwujud, kompleks, holistik, dan mengandung teka-teki,

19. memiliki gagasan orisinal,

20. n kepunyaan minat yang luas,

21. menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermakna dan konstruktif kerjakan peluasan diri,

22. kritis terhadap pendapat hamba allah bukan,

23. senang mengajukan pertanyaan yang baik,

24. memiliki pemahaman kesopansantunan-kesopansantunan dan estetika yang tinggi .

4. Hubungan Kecerdasan dan Kreativitas

Penekanan sudah menunjukkan bahwa antara IQ dan kreativitas enggak ada hubungannya jika IQ-nya sepan tahapan merupakan 120 ke atas (Seamon dan Kenrick, 1994; hal 273). Takdirnya kita melihat pada semangat dan pendidikan, orang berada tidak memiliki IQ lebih tinggi maupun nilai sekolah nan lebih baik (Hayes, 1989; hal 143) Tidak seperti IQ (dan lagi talenta) dimana anak cucu berperan utama walaupun bukan yang terdahulu, sementara daya kreasi sebagian besar berasal dari kekuasaan mileu dan juga keterampilan CQ, EQ, IQ: Apa Bedanya?

Bagi ayah bunda yang lain ingin memaksa anak-momongan membiasakan demi kredit ujian semata, penggalian yang sudah lalu disebutkan tadi juga akan menerimakan rasa nyaman terhadap anggapan atas keunggulan kredit ujian, dan bahkan sekolah singularis bagi anak tidaklah terdahulu. Terman, psikolog berpangkal Stanford University yang mengembangkan tes IQ, kerumahtanggaan riset berkelanjutan terhadap kian dari 1500 remaja di California dengan IQ di atas 140 (jenius), mendapati bahwa tidak ada satupun berusul mereka yang kemudian menjadi terkenal melangkahi kontribusi yang layak dikenang. Bahkan Dacey (1989) memperingatkan peserta-pelajar yang sungguhpun brilian di sekolah, "internal usahanya cak bagi berbuat dengan baik di sekolah dan kehidupan, mereka nampak kehilangan alias kesuntukan petualangan imajinasi nan diperlukan bakal mencapai keberhasilan besar". Robert Sternberg, profesor psikologi dan pendidikan IBM di Yale, menambahkan, "Kepandaian akademis mudah ditemukan, sahaja kreativitas sangat jarang dan berharga". (Trotter, 19863; peristiwa. 59). Karenanya Hillary Clinton merangkumnya dengan pas baik, "Sebagian masyarakat memercayai intelek ditentukan sejak lahir, bagian genetika nan sulit berubah. Belaka riset mutakadim membagi banyak bukti bahwa perspektif ini tidak ilmiah dan merusak secara diam-diam" (Clinton, 1996; keadaan 59).

Validasi Stanford-Binet secara rutin digunakan kerjakan mengukur IQ. Ukuran kreativitas maupun CQ merupakan hal nan berbeda. Ukuran ini diliputi kesulitan-kesulitan, dan salah satunya kreativitas tidak adalah suatu hal tapi terdiri semenjak beberapa komponen (Brown, 1989). Karena itu, bukan ada satu metode standar, melainkan berbagai rupa varietas konfirmasi tersurat pengukuran kualitatif. Masalah tak merupakan jika kita benar-benar tertarik pada kreativitas, maka pengecekan sepantasnya yakni penemuan itu seorang.

Daniel Goleman menjelaskan mengapa di intern sukma orang ber-IQ tinggi dapat mengamalkan pencahanan dengan tidak terampil sementara basyar yang ber-IQ sedikit dapat melakukannya dengan baik. Ini dikarenakan begitu banyak faktor yang mempengaruhinya seperti mana disiplin, keseriusan, empati, dan minat. Berita baik lainnya berpunca Goleman adalah bahwa pengasuhanlah dan bukan warisan yang merupakan penentu utama kecendekiaan sentimental.

Goleman enggak menggunakan istilah EQ n domestik bukunya tapi sreg akhirnya beliau menyetujui suatu pengecekan EQ "yang tidak ilmiah" dalam USA Today (Time, 1995). Memang tidak ilmiah. Bagaimana mungkin manah dapat diukur dan dijadikan skor-poin?

5. Lingkungan Belajar Subur

Salah satu tantangan terbesar bikin para guru atau pendidik dan pemerhati pendidikan adalah bagaimana mengefektifkan proses membiasakan mengajar. Sebuah kebobrokan yang telah menghantui sedemikian itu banyak generasi peserta dan guru. Masalah penting dalam sekolah legal saat ini adalah rendahnya cemeti pesuluh internal sparing, dengan ditunjukkan makanya bukti-bukti mereka memiliki kinerja yang buruk dalam belajar, hasil ujian yang buruk, dan yang lebih buruk adalah tumbuh suburnya kenakalan pelajar dan bahkan perilaku suka membolos. Masalah motivasi ini mempunyai jihat yang banyak, sulit dan tak mudah untuk dipecahkan. Sekolah tidak makin sebagai tempat belajar menghafaz saja (Carrol, 1991).

Riset terbaru dengan perintah berbantuan komputer (computer-aided instruction) dan ilmu kesadaran otak menjanjikan pemisahan masalah abadi ini, dan solusinya adalah mengusulkan proses belajar berbenda dan pengajaran berbenda Alternatif lakukan macam belajar praktek dan kursus keras (drill and practice type of learning) adalah sparing konstruksivisme (constructivism learning) atau belajar menemukan (discovey learning) (Druin & Solomon, 1996).

Pembagian ilmu embaran menjadi subyek-subyek tunggal, pengkotak-kotakan bervariasi hal dalam hidup, harus ditolak, karena pemikiran sebagai halnya ini menyergap kreativitas. Caglioti Giuseppe menulis buku tentang perkariban mendasar antara seni dan ilmu siaran, nan menunjukkan bagaimana konsep dalam ilmu pengetahuan dan seni berpokok dari sumber yang sama (Giuseppe, 1992). Kelihatannya, salah satu hambatan dalam pengembangan daya kreasi adalah garis batas antardisiplin, khususnya antara seni (pentolan kanan) dan sains (dedengkot kiri), dalam kurikulum pendidikan lazim sekarang. Oleh karena itu secara jelas saya katakan di sini bahwa pemikiran berlambak bisa ditumbuhkan jika kita menerapkan perspektif lintas atau interdisipliner dan memaksimalkan sinergi kreatif dengan pendekatan nan farik.

Creativity Quotient (CQ)

Creativity Quotient atau CQ merupakan sebuah indikator lakukan memonten tingkat kreativitas seseorang. Beberapa suku cadang dari CQ adalah:

1. Rasa cak hendak senggang (curiosity)

Seberapa besar kuriositas seseorang terhadap segala sesuatu, baik itu berupa informasi, orang, dan atma pada umumnya.

2. Keluwesan (flexibility)

Dapatkah Sira melihat sesuatu di luar rutinitas? Mampukah Anda melakukan korupsi ide atau gagasan?

3. Proaktivitas (proactivity)

Apakah Anda mampu memulai sesuatu tindakan ataukah Ia mesti dengan menunggu perintah atau arahan basyar lain?

4. Keterusterangan (openness)

Apakah Dia siap menyepakati berbagai gagasan dan menjadikannya sebagai peluang bakal lebih berlimpah?

5. Keyakinan diri (self-belief)

 Seberapa awet keyakinan diri Anda ketika dituntut kerjakan menjadi berkecukupan?

 6. Visi (vision)

Apakah Anda memiliki tujuan atau visi yang jelas seumpama pengarah alias pengiring masa depan?

7. Intuisi (intuition)

Seberapa baik kekuatan sifat bawaan Dia?

8. Kemampuan menyederhanakan masalah (simplifying)

Mampukah Sira melihat "susuk besar" dan mendinginkan bermacam-macam kekalutan dari suatu kekalutan?

9. Pengutipan risiko (risk-taking)

Seberapa besar keinginan Anda cak bagi mewujudkan ide atau gagasan-gagasan Beliau kendatipun heterogen tantangan dan rintangan ada di depan ain?

10. Kepekaaan terhadap kecenderungan perubahan (trendspotting)

Seberapa baik Dia dapat mengamati dan mengikuti berbagai perubahan nan terjadi di sekitar Anda?

11. Suka tantangan dan petualangan (challenging)

Apakah Anda menerima sejenis itu sahaja kondisi seperti saat ini (status quo) atau dapatkah Anda menantang bervariasi asumsi-postulat tersebut?

12. Kemampuan berburu alternatif alias kaya akan inisiatif (resourcefulness)

Saat Ia terjebak kemacetan lalu-lalang, apakah Ia mampu mematamatai atau mencari probabilitas untuk mencari jalan keluarnya?

Seperti halnya dengan kemustajaban otak (brain power) insan, potensi daya kreasi seseorang bisa melandai sejalan dengan bertambahnya usia manusia. Berdasarkan pengkhususan maka potensi daya kreasi paling kecil maksimal terjadi sreg usia anak anak yaitu 5 tahun.

Oleh karena itu cak semau prinsip penting kreativitas adalah bahwa untuk menjadi kreatif itu kita harus sebagai halnya anak asuh-anak, namun bukan signifikan kekanak-kanakan

Indeks Hubungan Antara Kreativitas Dan Kecerdasan Adalah,

Source: https://www.mandandi.com/2021/03/kecerdasan-kreatif-kreativitas-hubungan.html

Posted by: lewisformand.blogspot.com

0 Response to "Indeks Hubungan Antara Kreativitas Dan Kecerdasan Adalah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel